Dalam dunia digital, peralatan elektronik seperti televisi dan komputer memiliki jumlah produksi yang sangat besar. Dengan produksi dan konsumsi terhadap peralatan digital yang meningkat, pembuangan dan juga limbah industri digital juga tentunya meningkat. Meskipun Cina dan India menggunakan metode ‘pembuangan daratan’ dalam pengolahan limbah industri elektronik, beberapa studi sejak tahun 2005 telah mengekspos adanya ekspor ilegal limbah industri elektronik dari negara maju ke negara Afrika, seperti Nigeria dan Ghana.
Sebuah lembaga penelitian bernama Consultancy Africa Intelligence mengkaji permasalahan ini dimana jumlah limbah industri eleketronik di Afrika sendiri mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya pemasukan. Menurut CAI, limbah elektronik menghasilkan tantangan serius terhadap lingkungan dan kesehatan negara, baik itu secara volume maupun tingkat racun yang terkandung di dalamnya. Saat ini, kebijakan dan undang-undang regional maupun nasional merespon permasalahan ini di mana ada pelarangan terhadap pengiriman limbah industri elektronik lintas batas.
Namun kebijakan dan aturan tersebut memiliki kelemahan pada implementasi dan ada ketidak efektifan baik baik negara pengirim maupun penerima. Solusi alternatif termasuk mendaur ulang transfer teknologi dan meningkatkan tanggung jawab manufaktur juga dinilai tidak efektif dalam penanganan limbah elektronik. Jumlah sampah digital di Afrika masih berada pada tingkat yang tinggi.
Meskipun beberapa pemerintah negara Afrika menyadari situasi permasalahan limbah industri elektronik, banyak dari negara tersebut belum mendomestikasikan konvensi Basel dan Bamako (konvensi mengenai larangan transfer limbah beracun) menjadi hukum nasional. Meskipun demikian, pada tahun 2006, Deklarasi Nairobi terhadap Limbah Elektronik merupakan batu loncatan yang penting diikuti dengan Deklarasi Durban mengenai pengolahan limbah elektronik di Afrika pada tahun 2008, yang menyatakan respon dan memformulasikan aksi yang berkaitan dengan masalah limbah industri elektronik yang berkembang.
Salah satu solusi alternatif yang dapat dilakukan juga adalah dengan mengurangi substansi beracun dan berbahaya yang digunakan dalam produksi barang elektronikk. Dan juga menciptakan siklus hidup produk termasuk ketika produk tersebut menjadi usang. Tanggung jawab secara produksi yang lebih spesifik lagi bukan hanya mengenai penekanan jumlah maupun produk elektronik yang hemat energi, namun juga bagaimana mampu membawa dampak yang tidak terlalu negatif bagi masyarakat. Konsumen juga memiliki tanggung jawab dalam penggunaan agar tidak menambah penumpukan sampah elektronik secara signifikan.